KETIKA AKU MENCINTAIMU (1)

Ada sesuatu yang sering tidak kita sedari akan kewujudannya, namun justeru kehadirannyalah yang membuat hidup ini terus bergulir dari waktu ke waktu. Sesuatu yang kadang nyaris tenggelam dalam gelombang rutin hidup, dan tidak lagi istimewa. Itulah cinta. Wujudnya yang abstrak membuatnya mudah dilupakan. Namun cinta tetap setia, hadir dan menghidupi siapa pun yang disentuhnya.

Demikian pula cinta antara suami isteri. Masyarakat kita cenderung memandang bentuk cinta suami isteri sebagai sesuatu yang amat sederhana kerana kelumrahannya.

Bahkan kebanyakan suami isteri, setelah sekian tahun berkahwin, malu untuk saling menyapa cinta masing-masing. Seolah tidak tahu lagi dari mana harus memulainya, malah adakalanya antara suami isteri canggung untuk berbahasa cinta.

Padahal cinta adalah keperluan asas manusia. Cinta adalah sumber tenaga yang dahsyat. Tanpa cinta, hidup ini akan hampa kehilangan nyawa. Demikian pula yang sesungguhnya terjadi antara suami isteri. Cinta itu perlu ada dan berbicara, tidak sekadar dimaklumi biar seberapa pun dalamnya pengertian yang ada. Juga perlu senantiasa disuburkan kesedaran akan apa yang menghidupkan cinta itu serta bagaimana seterusnya ia tumbuh berkembang.

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan isterinya dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan lelaki dan perempuan yang banyak.

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (An-Nisaa' : 1)

Dan sesungguhnya cinta itu, adalah lebih kasih dari sekadar rasa.